laguin.net

laguin.net – TikTok, sebuah platform media sosial yang meraih popularitas, kini menghadapi ketidakpastian di Amerika Serikat (AS) di mana ByteDance, perusahaan induknya, harus mempertimbangkan opsi divestasi atau risiko pemblokiran di AS. Kebijakan ini muncul akibat kecurigaan bahwa TikTok digunakan oleh pemerintah China untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap warga AS.

Meskipun TikTok secara tegas membantah tuduhan tersebut dan menegaskan independensinya, hubungan antara Washington dan Beijing terkait dengan kesuksesan TikTok di AS memunculkan ketegangan. Dengan jumlah pengguna bulanan TikTok mencapai 170 juta di AS, proses divestasi menjadi rumit, terutama dengan kemungkinan campur tangan pemerintah China yang dapat menghambat penjualan saham TikTok di AS.

Dengan valuasi TikTok mencapai US$100 miliar, transaksi tersebut menjadi tantangan, sementara perkiraan pendapatan TikTok di AS pada tahun 2023 berkisar antara US$16 miliar hingga US$20 miliar, menyumbang sekitar 16% dari total pendapatan ByteDance. Meskipun perusahaan seperti Meta atau Alphabet memiliki sumber daya finansial yang cukup, undang-undang anti-persaingan dapat menjadi kendala.

Selain itu, tantangan utama terletak pada pengelolaan algoritma TikTok yang menjadi inti operasional ByteDance. Kemungkinan kecil bahwa algoritma tersebut akan diakses oleh pihak lain, dan TikTok dengan tegas menyatakan ketidaksediaannya menjual aplikasinya tanpa algoritma yang menjadi pondasi utama operasionalnya.